Sabtu, 07 Februari 2015

Ancaman Musim Hujan Tak Hanya Banjir, Tapi Juga Petir


Foto: truthbeforedishonor.wordpress.com
Masih ingat dengan yang namanya awan cumulonimbus? Ya, awan yang diduga telah mencelakakan pesawat AirAsia di Selat Karimata di pengujung tahun kemarin. Tapi jangan Anda pikir awan itu hanya berbahaya bagi penerbangan. Soalnya, awan itu juga ancaman buat pelayaran dan juga di darat. Sebab, awan itu selain pembawa hujan, juga punya potensi sebagai pencipta badai. Angin puting beliung, badai petir, dan hujan sangat deras adalah hasil dari aktivitas awan ini. Dan yang namanya badai, baik di udara, di laut, maupun di darat, adalah ancaman bencana yang tak bisa diduga akibatnya. 

Contoh nyata dari ancaman yang dibawa awan cumulonimbus ialah informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berikut. Pada akhir bulan silam, Januari, 3 nyawa melayang dan 5 tubuh menjadi gosong akibat sambaran petir. Hari itu, Sabtu, 31 Januari 2015, datang kabar dari Tasikmalaya, Bojonegoro, dan Sampang. Isi beritanya, di Indihiang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 5 orang petani yang sedang berteduh di sebuah gubug di tengah sawah, saat hujan deras, disambar petir. Peristiwanya terjadi pada pukul 16.00 WIB. Akibatnya, 2 orang tewas seketika, yaitu Dani Ahmad dan Yudit Herdiansyah, sedangkan yang 3 orang menderita luka bakar serius, yakni Wawan, Andi, dan Aceng. 

Foto: m.fokusriau.com
Di Bojonegoro, peristiwanya terjadi pada tengah hari, di Dusun Tikung RT. 05 RW. 02, Desa Senganten, Kecamatan Gondang, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Mustakin yang sedang berjalan pulang dari sawah, pada pukul 12.00 WIB, dengan memanggul cangkul di bawah hujan gerimis, disambar petir. Korban jatuh tertelungkup di pematang sawah dan tewas di tempat. 

Peristiwa yang lain, terjadi di Perairan Tanjung Bumi Bangkalan, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Pagi-pagi, pukul 07.00 WIB, 2 orang dikabarkan menderita luka bakar akibat disambar petir. BPBD bersama Polri serta aparat setempat telah melakukan penanganan. Korban tewas dimakamkan dan korban luka dirawat di puskemas dan di rumah sakit. 

Foto: antarasumbar.com
Karena peristiwa tersebut, maka masyarakat diimbau untuk senantiasa waspada. Pada saat mendung atau mulai hujan, sebaiknya tidak berada di tempat terbuka seperti di sawah, lapangan, pantai, atau tempat-tempat terbuka yang tidak terdapat penangkal petir. Apalagi kalau membawa barang yang terbuat dari logam. 

Kabar terbaru, dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, telah terjadi banjir bandang di Gorontalo Utara, yang secara geomorfologi, wilayahnya memang rentan banjir bandang. Peristiwanya terjadi kemarin soren Jumat, pukul 17.30. Akibatnya, 7 desa di Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, terendam banjir, yaitu Desa Tolitehuyu, Monas, Juriati, Mokonow, Tudi, Pilohuata, dan Monano. Tinggi permukaan air mulai dari 50 cm sampai 150 cm. Banjir bandang itu telah menyebabkan sekitar 513 unit rumah, dengan 2.208 jiwa penghuninya, terendam banjir. Dalam bencana ini, ada 6 rumah yang mengalami rusak berat.
BPBD Gorontalo Utara bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, SAR, relawan, dan masyarakat, sejak kemarin melakukan evakuasi. Dapur umum telah didirikan di Kantor Kecamatan Monano. Tidak ada korban akibat banjir bandang ini.

Foto: beritabekasi.co
Kabar bencana juga datang dari Gresik, Jawa Timur. Pada Kamis dini hari, 5 Februari 2015, pukul 01.00, Kali Lamong meluap. Akibatnya 29 desa terendam banjir. Desa-desa yang terdampak banjir tersebut berada di 3 kecamatan, yaitu Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, dan Kecamatan Menganti, di wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.

Meski permukaan banjir terbilang tidak tinggi, namun banjir telah menyebabkan 3 jiwa melayang, yaitu Heni Pratama Putra – 15 tahun, Sutris – 17 tahun, dan M. Martoni – 21 tahun, serta 5 orang mengalami luka sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Islam Cahaya Giri, Kringkang, Menganti, Gresik. Di samping itu, banjir juga mengakibatkan 1.245 rumah terendam – dengan 1.520 kepala keluarga terdampak, 378 hektar sawah tenggelam, dan menyebabkan kerugian materi lainnya.

Informasi mengenai korban jiwa akibat banjir Kali Lamong ini, ialah berawal ketika 8 orang (yang kemudian menjadi korban tersebut) selesai melihat warga mencari ikan di Jembatan Kali Lamong, di Desa Gadingwatu, yang meluap. Mereka pulang melalui jalan pintas, yaitu lewat pematang sawah yang sudah terendam banjir. Saat berjalan di pematang sawah itu, salah satu dari mereka terpeleset. Yang lain, yang bermaksud akan menolong, malah ikut tercebur. Nahasnya, pada saat bersamaan, air banjir yang lebih besar datang dengan cepat dan kemudian menyeret 8 orang tersebut. Lima orang berhasil menyelamatkan diri, sementara yang tiga lainnya tenggelam terseret banjir. Ketiganya ditemukan dalam kondisi sudah tidak bernyawa.

Saat ini, sebagian daerah korban banjir masih terendam dengan ketinggian permukaan air antara 30 cm hingga 60 cm. Sementara itu, 3 orang korban yang tewas pun telah dimakamkan, hari ini. Kali Lamong ini setiap tahun memang selalu banjir. Jadi, apabila sungai itu tidak segera mendapat penanganan sebagaimana mestinya, maka banjir akan terus berulang.

Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar