Foto: truthbeforedishonor.wordpress.com |
Contoh nyata dari ancaman yang dibawa awan cumulonimbus ialah informasi dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berikut. Pada akhir bulan silam, Januari, 3 nyawa melayang dan 5 tubuh menjadi gosong akibat sambaran petir. Hari itu, Sabtu, 31 Januari 2015, datang kabar dari Tasikmalaya, Bojonegoro, dan Sampang. Isi beritanya, di Indihiang, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, 5 orang petani yang sedang berteduh di sebuah gubug di tengah sawah, saat hujan deras, disambar petir. Peristiwanya terjadi pada pukul 16.00 WIB. Akibatnya, 2 orang tewas seketika, yaitu Dani Ahmad dan Yudit Herdiansyah, sedangkan yang 3 orang menderita luka bakar serius, yakni Wawan, Andi, dan Aceng.
Foto: m.fokusriau.com |
Peristiwa yang lain, terjadi di Perairan Tanjung Bumi Bangkalan, Kecamatan Sampang, Kabupaten Sampang, Jawa Timur. Pagi-pagi, pukul 07.00 WIB, 2 orang dikabarkan menderita luka bakar akibat disambar petir. BPBD bersama Polri serta aparat setempat telah melakukan penanganan. Korban tewas dimakamkan dan korban luka dirawat di puskemas dan di rumah sakit.
Foto: antarasumbar.com |
Kabar terbaru, dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana, telah terjadi banjir bandang di Gorontalo Utara, yang secara geomorfologi, wilayahnya memang rentan banjir bandang. Peristiwanya terjadi kemarin soren Jumat, pukul 17.30. Akibatnya, 7 desa di Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, terendam banjir, yaitu Desa Tolitehuyu, Monas, Juriati, Mokonow, Tudi, Pilohuata, dan Monano. Tinggi permukaan air mulai dari 50 cm sampai 150 cm. Banjir bandang itu telah menyebabkan sekitar 513 unit rumah, dengan 2.208 jiwa penghuninya, terendam banjir. Dalam bencana ini, ada 6 rumah yang mengalami rusak berat.
BPBD Gorontalo Utara bersama TNI, Polri, Tagana, PMI,
SAR, relawan, dan masyarakat, sejak kemarin melakukan evakuasi. Dapur umum telah
didirikan di Kantor Kecamatan Monano. Tidak ada korban akibat banjir bandang
ini.
Foto: beritabekasi.co |
Kabar bencana juga datang dari Gresik, Jawa Timur. Pada
Kamis dini hari, 5 Februari 2015, pukul 01.00, Kali Lamong meluap. Akibatnya 29
desa terendam banjir. Desa-desa yang terdampak banjir tersebut berada di 3
kecamatan, yaitu Kecamatan Benjeng, Kecamatan Cerme, dan Kecamatan Menganti, di
wilayah Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Meski permukaan banjir terbilang tidak tinggi, namun
banjir telah menyebabkan 3 jiwa melayang, yaitu Heni Pratama Putra – 15 tahun,
Sutris – 17 tahun, dan M. Martoni – 21 tahun, serta 5 orang mengalami luka
sehingga harus dirawat di Rumah Sakit Islam Cahaya Giri, Kringkang, Menganti,
Gresik. Di samping itu, banjir juga mengakibatkan 1.245 rumah terendam – dengan
1.520 kepala keluarga terdampak, 378 hektar sawah tenggelam, dan menyebabkan
kerugian materi lainnya.
Informasi mengenai korban jiwa akibat banjir Kali
Lamong ini, ialah berawal ketika 8 orang (yang kemudian menjadi korban
tersebut) selesai melihat warga mencari ikan di Jembatan Kali Lamong, di Desa
Gadingwatu, yang meluap. Mereka pulang melalui jalan pintas, yaitu lewat pematang
sawah yang sudah terendam banjir. Saat berjalan di pematang sawah itu, salah
satu dari mereka terpeleset. Yang lain, yang bermaksud akan menolong, malah ikut
tercebur. Nahasnya, pada saat bersamaan, air banjir yang lebih besar datang dengan
cepat dan kemudian menyeret 8 orang tersebut. Lima orang berhasil menyelamatkan
diri, sementara yang tiga lainnya tenggelam terseret banjir. Ketiganya ditemukan
dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Saat ini, sebagian daerah korban banjir masih terendam
dengan ketinggian permukaan air antara 30 cm hingga 60 cm. Sementara itu, 3 orang
korban yang tewas pun telah dimakamkan, hari ini. Kali Lamong ini setiap tahun
memang selalu banjir. Jadi, apabila sungai itu tidak segera mendapat penanganan
sebagaimana mestinya, maka banjir akan terus berulang.
Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data
Informasi dan Humas BNPB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar