Senin, 11 Mei 2015

Mestinya Tak Perlu Ada Korban dalam Longsor di Pangalengan

Longsor Ciwidey tahun 2010. /Foto: Dok. BNPBKejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di masa berikutnya. Saat terjadi bencana, semua sibuk. Namun selesai tanggap darurat, semuanya lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali. Akhirnya, longsor menjadi bencana yang paling mematikan selama tahun 2014-2015. Tahun 2014, ada 600 kejadian longsor dengan korban jiwa 372 orang tewas. Pada tahun 2015  hingga Minggu, 10 Mei 2015, telah terjadi 251 longsor dengan korban jiwa 74 orang tewas.

Bencana longsor di Pangalengan Kabupaten Bandung, pada Selasa, 5 Mei 2015, mirip dengan longsor yang terjadi di Tenjolaya, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada 23 Februari 2010. Keduanya sama-sama berada di perkebunan teh yang menimbun rumah pekerja kebun teh.

Foto: Dok. BNPBHujan menyebabkan retakan di punggung bukit, kemudian longsor meluncur ke bawah, menghantam pemukiman hingga sejauh sekitar 1,2 km, dengan lebar timbunan longsor mencapai 300 meter, dan tebal 4 meter. Jenis tanahnya juga sama, yaitu vulkanik dengan solum tebal, telah lapukkan, dan di bagian bawah, kontak dengan lapisan batuan dasar sebagai bidang gelincir longsor.

Bedanya, longsor di Pangalengan disertai dengan ledakan pipa panas bumi, karena di Ciwidey tidak ada kaitan dengan pipa panas bumi. Korban longsor Ciwidey, ada 33 orang tewas, 11 orang tertimbun, 2 orang terluka, dan 200 orang mengungsi. Sedangkan longsor di Pangalengan, hingga Minggu, 10 Mei 2015, tercatat ada 6 orang tewas, 3 orang masih tertimbun, 6 luka berat, 7 luka ringan, dan 170 orang mengungsi.

Kepala BNPB mengunjungi lokasi longsor di Pangalengan. /Foto: Dok. BNPBKepala BNPB, Syamsul Maarif, mengatakan, sekitar 50 persen wilayah di Jawa Barat adalah rawan longsor tinggi. Masyarakat yang tinggal di daerah rawan longsor harus dilatih, melalui pembentukan kelompok siaga bencana.

Diputuskan, 32 unit rumah di Kampung Cibitung, Kecamatan Pangalengan, yang saat ini sebagian terkena longsor, harus direlokasi ke tempat yang aman. Selain itu, Pemda juga perlu mengkaji ulang Rencana Tata Ruang Wilayah-nya. Demikian juga dengan dunia usaha, seperti PT Star Energy dan PTPN, juga harus melakukan mitigasi bencana, yakni dengan memasang EWS longsor serta melakukan mitigasi bencana.
Ini adalah amblesan di mahkota bukit 2 hari sebelum longsor terjadi. /Foto: Dok. BNPBInilah retakan di mahkota bukit 2 hari sebelum longsor terjadi. /Foto: Dok. BNPB


Sumber: Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar